Tuan Jemawa

Kau yang selalu pongah menyebut cinta,
terlalu berani menyandingkan cinta dengan waktu,
menyebutnya abadi,
padahal mati adalah pasti.

Kau terlalu serakah akan cinta,
meraup semuanya sekaligus,
terburu-buru seolah lupa hari esok.
Lalu esok hari cintamu yang kau agungkan telah ditenggelamkan
oleh Sang Waktu yang sibuk menertawakanku.

Kepada hatinya yang sekali lagi harus patah,
kau menyesal tanpa sesal.
Sekali lagi kau sebut nama sang waktu, tapi kali ini sebagai tersangka.

Kepada aku yang patah hati, aku turut berduka.

Leave a comment